Silahkan baca, silahkan nikmati. Mumpung gratis dan tidak berbayar. Tapi "STOP" Copy Paste tanpa melampirkan nama penulisnya. Hargai buah fikirannya, hargai karyanya :)

Sabtu, 22 Desember 2012

Kepadamu, Malaikat Yang Kupanggil 'IBU'

Wanita muda berambut sebahu itu telah duduk di kursi malas selama berjam-jam, matanya basah.
hawa dingin kota malang malam hari dibiarkan masuk dari jendela yang dibiarkan terbuka.
"maaf bu, aku tak bisa membuatmu bangga"
 _________________________________________________________________

"Rahimmu harus diangkat" ucap dokter muda dalam balutan jas putih.
ia memandangku acuh dan jijik padahal aku adalah wanita muda yang berparas amat cantik dan bertubuh sexy, yaa setidaknya begitu yang diucapkan para pelanggan yang menggunakan jasaku.
"Apa tak ada lagi yang bisa dilakukan?" ucapku.
"Tidak bisa, kita menemukan infeksi di dalam rahimmu. hanya itu satu-satunya yang bisa dilakukan"
"Tapi aku tidak memiliki uang sebanyak itu, aku hanya pelacur kelas rendah dok. per jam ku pun murah. lakukanlah sesuatu" pintaku
"Maaf, saya tak lagi mampu membantu"
"Ayolah dok, sembuhkan saya. saya berjanji akan bertobat dok, sembuhkan saya. aku bisa memuaskanmu jika kau mau, selama apapun yang kau mau"
lagi, ia memandangku jijik.
"Maaf nona, saya tidak bisa. silahkan keluar dari ruangan ini jika konsultasi anda sudah selesai"
"Baiklah, berapa biaya konsultasi kali ini dokter?"
"Anda dapat menemui bagian administrasi saya diluar"
aku keluar dari ruangan yang selama beberapa bulan ini rutin ku kunjungi, sekilas kulihat dokter muda itu menyemprotkan sesuatu ke sekeliling ruangan. desinfektan mungkin.. entahlah.
 Jadi beginikah nasibku, seorang wanita muda dengan paras jelita yang terjun ke dunia prostitusi sebagai ayam kampus akibat perlakukan seorang yang dulu sangat kucintai?

Persetan masalah cinta, harusnya itu yang harus kukatakan sebelum aku terlanjur melakukan sesuatu yang dilarang.
Persetan masalah cinta, harusnya itu yang kukatakan sebelum tubuhku dinikmati oleh pria yang menjanjikanku surga namun pada kenyataannya memberiku neraka.
Persetan masalah cinta, harusnya itu yang kuucapkan ketika dengan mudahnya aku menuruti kata-kata pria yang telah menanamkan benihnya ke dalam tubuhku lalu memaksa benih itu keluar sebelum tumbuh.
Persetan masalah cinta, harusnya itu yang kuucapkan ketika kulihat sosok pria yang kucintai melambai kepada hidupku lalu pergi bersama wanita lain.
Padahal aku wanita muda yang pandai, IPK ku bahkan tak pernah dibawah 3,5.
"Mengapa kau terjun ke dunia prostitusi jika pada akhirnya kau takut akan dunia selanjutnya" ucap dina, teman pelacurku.
"Karna dulu aku bercinta atas nama kasih sayang, lalu setelah aku sudah sangat terbiasa dengan kasih sayang tersebut tenyata aku yang dikhianati"
"Kau bodoh!! orang terbodoh yang mungkin ku tau"
"Kau punya keluarga yang mapan dan ibu yang sangat menyayangimu, kau tak seperti aku yang harus berusaha hidup demi lima adik tanpa ibu dan pernah digagahi ayah tiri yang telah merenggut hidupku hingga menjatuhkanku menjadi pelacur yang hina. Harusnya masa depanmu bisa lebih baik tira" lanjut dina.
"Entahlah, aku malu pada diriku. aku malu ketika aku mengucapkan kepada ibuku jika aku bukan putrinya yang lagi bisa membanggakannya"
"Pelacur tak harus punya malu tira, harusnya itu yang kau fikirkan sebelum kau terjun ke dunia keras ini. Harusnya itu yang kau fikirkan sebelum penyakit itu tumbuh dan berkembang di dalam dirimu. menggeroti tubuhmu dari dalam hingga nanti kau mati"
"Apa yang meski aku lakukan?"
"Kembali pada ibumu, bicara padanya sekali lagi tira. ia wanita yang telah mengandung dan membesarkanmu, ia pasti tau apa yang terbaik untukmu sekalipun dunia menganggapmu buruk"

Malang, 04 April 2008
Aku berdiri di altar sebuah rumah minimalis yang ditata apik itu. Seorang wanita paruh baya nampak di kebun kecil yang penuh dengan tanaman mawar, itu ibuku.
"Ibu"
Mata beningnya menemukanku, melihatku, lalu menggenangkan bulir air yang siap jatuh.
"Maafkan aku bu" hanya kata klise itu yang mampu kuucapkan
ia mengecup keningku, namun masih tak bergeming untuk mengucapkan sepatah kata.
"Maafkan aku bu, aku tak bisa membuatmu bangga" ulangku
"Tidak nak, seburuk apapun engkau adalah anakku. kebanggaanku."
air mata tak pernah seindah hari itu, dan senja tak pernah sedamai itu.
"Aku akan melakukan apapun untukmu anakku, aku akan mengembalikan dirimu kembali seperti dulu anakku. aku tak memiliki harta lain selain engkau anakku, dan hidupku hanya untukmu"
Itulah awal harapan baruku, ketika ia kembali mempercayakan aku sebagai putri yang tetap sama sekalipun aku tak lebih baik dari sampah. Kerasnya ibukota memang pernah mengubah hidupku namun kasihnya kembali membuka mataku jika harapan untuk lebih baik masih ada.


 Malang, 22 Desember 2011
Tahun-tahun gelap telah berlalu dengan cepat, aku kembali ke kota indahku selepas mengambil gelar master di negeri orang.
Aku kembali dengan harapan baru sekalipun keadaan tak lagi sama, aku kembali untuk ibuku yang kini telah tenang.
Aku kembali untuk melihat tanah kecoklatan yang telah rimbun ditumbuhi rumput-rumput liar. Aku yakin ibuku telah melihat surga sekarang, aku yakin ibuku sedang tersenyum melihat putrinya yang kini bukan lagi seorang pelacur.
"Ibu, mengapa ibu tak disisiku ketika aku merasa yakin bisa membanggakanmu bu? apa ibu bahagia disana bu? apa malaikat baik pada ibu disana? apa ibu telah bertemu ayah bu? ucapkan pada ayah jika putri kecilnya sekarang sudah mandiri dan mampu lebih baik bu"
Air mataku tak mampu terbendung, untuk kesekian kalinya pipiku basah namun tak ada lagi tangan halus yang menghapusnya.
Tuhan, mengapa disaat aku merasa lebih baik justru orang yang kuharapkan telah kau panggil?
Tuhan, ,mengapa dulu aku tak mampu membahagiakannya dan di kesempatan keduapun aku belum mampu membahagiakannya?
Tuhan, jaga ibuku disana yaa.
___________________________________________________________________

Wanita muda berambut sebahu itu telah duduk di kursi malas selama berjam-jam, matanya basah.
hawa dingin kota malang malam hari dibiarkan masuk dari jendela yang dibiarkan terbuka.
"Maaf bu, aku tak bisa membuatmu bangga"
Matanya menerawang jauh, terbayang disaat sulit ketika nama ibu masih dapat disebutnya.
Menerawang jauh ketika rahimnya diangkat dan ibu adalah satu-satunya orang yang menyemangatinya.
Menerawang jauh ketika ibu memberinya kesempatan kedua dan menjauhkannya dari lumpur dosa.
Kini wanita muda berambut sebahu itu telah sukses sebagai pengusaha, ia juga membuka panti asuhan yang bukan hanya sekedar melepaskan hasratnya kepada anak yang tak sempat dirasakannya tumbuh dalam tubuhnya.
Aku hanya bisa mengingat nasehatnya, aku hanya bisa mengenang kata-katanya "seburuk apapun engkau anakku, nuraniku sebagai seorang ibu tak akan pernah lepas. Akan terus memaafkan, akan selalu melindungi hingga nafas tak lagi bersamaku"
"Terima kasih ibu"

*Bahagiakanlah kedua orang tuamu sebelum kau tak lagi mampu membahagiakan mereka, buatlah mereka bangga sebelum kau hanya bisa menangis di depan pusara*
Di dedikasikan khusus untuk kalian para wanita yang memberikan hidupnya demi hidup yang baru. Kepada kalian, malaikat yang dipanggil IBU

Tidak ada komentar:

Posting Komentar